"Sungguh Kejam, Pembunuhan Di Pulomas"
Berawal dari keputusan Sheila yang langsung bergegas ke rumah Gemma pukul 09.30 WIB. Sebab, sebelumnya pada Senin, 26 Desember, dia sulit menghubungi Gemma padahal keduanya sudah janjian untuk main bersama.
Sheila pun nekat masuk ke dalam rumah tersebut. Hanya saja, tiba-tiba muncul suara rintihan dari dalam kamar mandi yang membuatnya panik dan lari keluar rumah untuk meminta bantuan.
Saksi mata lainnya, yakni Luthfi (28), yang merupakan warga setempat, mengaku turut datang ke lokasi pembunuhan sadis Pulomas. Dia dimintai tolong petugas keamanan bernama Evan Sandrego, yang mendapat laporan dari Sheila.
"Saya bawa semacam linggis dan kapak. Linggis tidak bisa. Baru bisa kapak saya hantem (dobrak pintu)," tutur Luthfi di lokasi kejadian, Selasa, 27 Desember 2016.
"Maaf-maaf, nih, ya. Saya lihatnya kayak ikan cuek ditumpuk jadi satu. Udah gitu air keran pake nyala. Jadi si mayat kondisinya basah. Ada juga yang terluka," jelas Lutfi.
"Saya datang sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Setelah didobrak (pintu) korban dipindahin. Kondisi sudah tidak karuan. Intinya kejam," kata dia.
Tidak lama, polisi pun datang dan bersama dengan warga melakukan evakuasi para korban pembunuhan sadis Pulomas dari kamar mandi.
Luthfi diketahui merupakan seorang warga dari komplek tempat korban menjabat sebagai ketua RT di Pulo Mas Residence. Dia sering diperbantukan korban pembunuhan Pulomas dalam mengurus surat-menyurat antarwarga bila dibutuhkan.
Enam korban pembunuhan sadis Pulomas adalah Dodi Triono (59), Diona Arika Andra Putri (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amel, Yanto dan Tasrok (40).
Sementara korban yang mengalami luka-luka berjumlah lima orang, yakni Emi (41), Zanette Kalila Azaria (13), Santi (22), Fitriani (23) dan Windy (23).
SUMBER : liputanutama.blogspot.com
0 Response to ""Sungguh Kejam, Pembunuhan Di Pulomas""
Post a Comment